Copyright © Ummu Sumayyah's Online Market
Design by Dzignine
Friday 20 December 2013

Sabar Itu Indah

Bismillah

Teks : Ummu Sumayyah

Alhamdulillah, saya masih lagi diberi kesempatan oleh Allah untuk membuat perkongsian ilmu di dalam blog  yang tidak seberapa ini moga entri kali ini boleh dijadikan pedoman serta nasihat kepada pembaca sekelian khususnya buat diri saya sendiri.

Sifat sabar adalah satu sifat yang mulia yang dituntut dan ia merupakan suatu sifat yang disukai oleh ALLAH subhana wa ta'ala. Sabar merupakan kekuatan jiwa yang harus dimiliki oleh setiap insan. Manakala lawan sifat sabar ini adalah sifat yang cepat gelisah, tergesa-gesa, sempit dada, takut, putus asa, lemah dan mudah menyerah. Sifat sabar seseorang itu boleh dibahagi kepada tiga cabang iaitu :

1. Sabar dalam mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan larangannya.
2. Sabar dalam menghadapi berbagai godaan syaitan dan dorongan hawa nafsu yang tidak baik.
3. Sabar dalam menghadapi musibah / ujian daripada Allah.

Allah Subhanahu wata’ala telah menyebutkan kata “ash-shabr” dalam al-Quran lebih dari 90 kali. Dan Dia mengandingkan kata sabar dengan kata solat dalam firman-Nya,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) solat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (al-Baqarah: 45)

Dan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) solat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 153)

Dan firman-Nya,
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ. وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan dirikanlah solat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk (dosa). Itulah peringatan bagi orang-orang yang beringat. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Huud: 114-115)

Dan firman-Nya,
فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَى
“Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” (Thaahaa: 130)

Dan firman-Nya,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabbmu pada waktu petang dan pagi.” (al-Mukmin: 55)

Dan Allah Subhanahu wata’ala telah menjadikan imaamah fii ad-diin (kepemimpinan dalam agama) sebagai hasil dari kesabaran dan keyakinan berdasarkan firman-Nya,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (as-Sajdah: 24)

Maka sesungguhnya agama ini secara keseluruhannya adalah ilmu tentang al-haq (kebenaran) dan merealisasikan al-haq. Dalam merealisasikan al-haq itu, ia memerlukan kesabaran. Bahkan tholibul ilmi (menuntut ilmu) sendiri memerlukan kesabaran, sebagaimana dikatakan oleh Mu’adz bin Jabal Radhiallahu’anhu,

“Wajib bagi kalian untuk berbekal dengan ilmu, karena sesungguhnya tholibul ilmi atau menuntut ilmu karena Allah itu adalah ibadah, mengenalnya adalah rasa takut, mencarinya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang-orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah, mudzakarah (mengulang-ulang dalam mempelajarinya) adalah tasbih. Dengan ilmu, Allah Subhanahu wata’ala dikenali dan disembah, dimuliakan, dan ditauhidkan. Dengan ilmu pula Allah Subhanahu wata’ala meninggikan darjat beberapa golongan serta menjadikan mereka para pemimpin dan imam bagi manusia yang dijadikan pedoman dan rujukan.”

Oleh karena itu, Allah Subhanahu wata’ala menganggap proses menuntut ilmu syari'e merupakan sebahagian dari jihad. Dan dalam berjihad seseorang itu tiada pilihan melainkan harus bersabar.

Karena inilah Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka yang berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan kesabaran.” (Al-Asr : 1 – 3).

Dan firman-Nya,
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الأيْدِي وَالأبْصَارِ

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Yakub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (Shaad: 45)

Maka ilmu yang bermenafaat adalah dasar petunjuk, sedangkan merealisasikan al-haq adalah jalan yang lurus. Lawan dari petunjuk adalah kesesatan, sedangkan lawan dari jalan yang lurus adalah jalan yang menyimpang. Kesesatan adalah beramal tanpa ilmu, sedangkan penyimpangan adalah memperturutkan hawa nafsu.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى. مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.” (an-Najm: 1-2)

Oleh kerana itu, maka kita sebagai umat islam tidaklah boleh sama sekali untuk meraih petunjuk melainkan dengan ilmu, begitu juga dengan jalan yang lurus, tidaklah boleh kita meraih jalan yang lurus melainkan dengan kesabaran. Oleh karena itu Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu berkata:

“Ketahuilah, bahwasanya kesabaran itu adalah sebahagian dari iman seperti perumpamaan kedudukan kepala bagi tubuh.” Kemudian beliau Radhiallahu’anhu meninggikan suaranya sembil berkata, “ketahuilah tidak ada keimanan bagi siapa yang tidak memiliki kesabaran!”

Akhir sekali kunci sukses adalah bersikap sabar dan berserah diri pada yang kuasa karena ketentuan segala sesuatu ada di tanganNya.

Wallahua'lam

Sumber :  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah  [Disalin dari kitab at-Tuhfah al-'Iraqiyyah fii al-A'maal al-Qalbiyyah]

0 comments:

Post a Comment