Copyright © Ummu Sumayyah's Online Market
Design by Dzignine
Wednesday 29 January 2014

Mencari Kunci Syurga Yang Kekal Abadi

Bismillah

Teks : Ummu Sumayyah

Ibarat sebuah pintu, syurga juga memerlukan sebuah kunci untuk dibuka pintu-pintunya. Namun, tahukah pembaca-pembaca sekelian apa kunci syurga itu? Bagi yang mengimpi-impikan syurga, tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa.

Tetapi kalian tidak perlu gelisah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan kepada umatnya apakah kunci syurga itu, sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits yang mulia, beliau bersabda:

“Barang siapa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah dengan penuh keikhlasan, maka dia akan masuk syurga.“ (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).

Ternyata, kunci syurga itu adalah Laa ilaahaa illallah, kalimat Tauhid yang begitu sering kita ucapkan. Namun semudah itukah pintu syurga akan dibuka kepada kita? Bukankah begitu ramai manusia siang dan malam mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah, tetapi mereka masih berdoa dan beribadah (meminta) kepada selain Allah, percaya kepada dukun dan bomoh dan melakukan perbuatan syirik lainnya? Adakah mereka-mereka ini juga boleh membuka pintu syurga dengan kalimat Laa ilaahaa illallah sahaja? Sudah tentu tidak mungkin!

Dan ketahuilah, yang namanya kunci itu pasti ada geriginya. Begitu juga dengan kunci syurga yang berupa Laa ilaaha illallah itu, ia juga bergerigi. Jadi, pintu syurga itu hanya boleh dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi sahaja.

Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (3/109), bahawa seseorang pernah bertanya kepada Al Imam Wahab bin Munabbih (seorang tabi’in terpercaya dari Shan’a negeri Yaman yang hidup pada tahun 34-110 H), “Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci syurga?” Wahab menjawab: “Benar, akan tetapi setiap kunci ada geriginya. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, pasti pintu syurga itu akan dibukakan untukmu!”

Ketahuilah, gerigi kunci Laa ilaaha illallah itu ada syarat-syaratnya. Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qashim Al Hambali An-Najdi rahimahullah, penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan, syarat-syarat Laa ilaaha illallah itu ada lapan, iaitu:

1. Al ‘Ilmu (mengetahui)

Maksudnya kita harus mengetahui erti (makna) Laa ilaaha illallah yang benar. Adapun makna yang betul bagi Laa ilaaha illallah adalah: “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.”

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, nescaya dia akan masuk syurga.” (HR. Muslim).

Seandainya kita mengucapkan kalimat tersebut, tetapi tidak mengerti maknanya yang betul, maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.

2. Al Yaqin (Meyakini)

Maksudnya kita harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa ilaaha illallah tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk syurga.” (HR. Muslim).

3.  Al Qobul (Menerima)

Maksudnya kita harus menerima segala tuntunan Laa ilaaha illallah dengan senang hati, baik secara lisan maupun perbuatan, tanpa menolak sedikit pun. Kita tidak boleh seperti orang-orang musyirik yang digambarkan oleh Allah dalam Al Qur’an:

Orang-orang yang musyrik itu apabila di katakan kepada mereka: (ucapkanlah) Laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri seraya berkata: Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?” (Ash Shaffat: 35-36).

4. Al Inqiyad (Tunduk Patuh)

Maksudnya kita harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa ilaaha illallah dalam semua amal-amal kita. Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Kembalilah ke jalan Rabbmu, dan tunduklah kepada-Nya.“ (Az-Zumar: 54).

Allah Ta’ala juga berfirman:

Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah).” (Luqman: 22).

5. Ash Shidq (Jujur atau Benar)

Maksudnya kita harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa ilaaha illallah, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa disertai kebohongan sedikit pun.

Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Allah mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

6. Al Ikhlas (Ikhlas)

Maksudnya kita harus membersihkan amalan kita dari noda-noda riya’ (amalan ingin di lihat dan dipuji oleh orang lain), dan berbagai amalan kesyirikan lainnya.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

7. Al Mahabbah (Cinta)

Maksudnya kita harus mencintai kalimat tauhid, tuntunannya, dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak tauhid itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan di antara manusia ada yang menbuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Allah yang dicintai layaknya mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Allah di atas segala-galanya.” (Al-Baqarah: 165).

Dari sini kita tahu bahawa setiap Ahlut Tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahlus syirik mencintai Allah disamping mencintai tuhan-tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa ilaaha illallah..

8. Al Kufru bimaa Siwaahu (Mengingkari Sesembahan yang Lain)

Maksudnya kita harus mengingkari segala sesembahan selain Allah, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya, dan juga kita harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Allah itu batil dan tidak pantas disembah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:

“Maka barang siapa mengingkari thoghut (sesembahan selain Allah) dan hanya beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kukuh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah), yang tidak akan putus….” (Al-Baqarah: 256).

Wahai semua kaum muslimin, dari sini dapatlah kita ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci yang tidak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu syurga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta kali banyaknya. Kerana itu perhatikanlah!

Wallahu a’lamu.

Sumber:  Ustadz Agus Suaidi

0 comments:

Post a Comment