Copyright © Ummu Sumayyah's Online Market
Design by Dzignine
Saturday 4 January 2014

Pentingnya Menjaga Lidah Jangan Suka Mercerca

Bismillah

Teks : Ummu sumayyah

Setiap manusia dikurniakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan lidah. Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu seseorang dalam mengeluarkan lisan serta membantu mencernakan makanan dengan mengunyah dan menelan. Walaupun lidah tidak bertulang tetapi lidah boleh mendatangkan dua akibat yang besar iaitu boleh menjerumus seseorang samada ke syurga atau ke neraka. Jika digunakan dengan cara yang betul maka lidah akan membawa pelakunya insyaAllah ke syurga atau sebaliknya boleh membawa pelakunya ke neraka.

Dalam entri kali ini saya akan berkongsi tentang budaya masyarakat kita yang sering kita dengar ada segelintir masyarakat di sekeliling kita mereka sering mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak enak dan kadang-kadang suka mencerca, memaki dan ada yang sampai melaknat orang lain. Melaknat seorang mukmin adalah termasuk dalam dosa-dosa besar. Kata laknat bermaksud mencerca atau mencaci maki dan jauh dari rahmat Allah.

Tsabit bin Adl Dlahhak radhiallahu ‘anhu berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

"Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya 10/464)

Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah menjelaskan di dalam kitabnya Fathul Bari: “Karena jika ia melaknat seseorang maka seakan-akan ia mendoakan keburukan bagi orang tersebut dengan kebinasaan.”

Apabila seseorang itu mengaku dirinya orang mukmin maka tidak pantas baginya mencaci maki atau mencerca orang lain. Tidak kira sama ada orang itu mempunyai hubungan rapat atau sesiapa saja. Sebenarnya mempunyai akhlak yang buruk bukanlah milik seorang Mukmin, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat, bukan seorang yang keji dan kotor ucapannya.” 
(HR. Bukhari dalam Kitabnya Al Adabul Mufrad halaman 116 dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i hafidhahullah dalam Kitabnya Ash Shahih Al Musnad 2/24)

Dan melaknat itu bukan pula sifatnya orang-orang yang jujur dalam keimanannya (siddiq), karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

 Tidak pantas bagi seorang siddiq untuk menjadi seorang yang suka melaknat. (HR. Muslim no. 2597)

Pada hari kiamat nanti, orang yang suka melaknat tidak akan dimasukkan dalam barisan para saksi yang mempersaksikan bahawa Rasul mereka telah menyampaikan risalah dan juga ia tidak dapat memberi syafaat di sisi Allah untuk memintakan keampunan bagi seorang hamba. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda  :

 “Orang yang suka melaknat itu bukanlah orang yang dapat memberi syafaat dan tidak pula menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiallahu ‘anhu)

Perangai atau akhlak yang buruk ini sangat besar bahayanya bagi pelakunya sendiri. Contohnya apabila seseorang itu melaknat orang lain, sementara orang yang dilaknat itu tidak seharusnya untuk dilaknat maka laknat itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya.

Ada beberapa hal yang dikecualikan dalam larangan melaknat ini iaitu kita boleh melaknat para pelaku maksiat dari kalangan Muslimin namun tidak secara ta’yin (menunjuk langsung dengan menyebut nama atau pelakunya). Tetapi laknat itu ditujukan secara umum, misal kita katakan : “Semoga Allah melaknat para peragut jalanan itu… .”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sendiri telah melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta disambungkan rambutnya.Beliau juga melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.

Berikut ini kami sebutkan beberapa haditsnya : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu) dan wanita yang minta disambungkan rambutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengabarkan :

“Allah melaknat wanita yang membuat tato, wanita yang minta dibuatkan tato, wanita yang mencabut alisnya, wanita yang minta dicabutkan alisnya, dan melaknat wanita yang mengikir giginya untuk tujuan memperindahnya, wanita yang merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)

“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya)

Dibolehkan juga melaknat orang kafir yang sudah meninggal dengan menyebut namanya untuk menerangkan keadaannya kepada manusia dan untuk kemaslahatan syar’iyah. Adapun jika tidak ada maslahat syar’iyah maka ia tidak dibolehkan karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : 

“Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal dunia karena mereka telah mendapat balasan dari apa yang dahulunya mereka perbuat.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya dari hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha)

Oleh itu kesimpulannya di sini, berhati-hatilah dalam mengeluarkan percakapan setelah kita mengetahui betapa beratnya ancaman serta bahayanya yang bakal diterima oleh pengucapnya. Hendaklah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala. Janganlah kita membiasakan lisan kita untuk melaknat seseorang kerana kebencian dan ketidaksenangan kita pada orang itu. Takwalah kepada Allah Ta’ala dengan menjaga dan membersihkan lisan kita dari ucapan yang tidak elok dan sentiasalah kita basahi selalu dengan kalimat thayyibah.  

Wallahu a’lam.

Sumber : Al Ustadzah Ummu Ishaq Al Atsariyah

0 comments:

Post a Comment