Bismillah
Teks : Ummu Sumayyah
Entri kali ini khas ditujukan kepada saya khususnya serta semua ibu bapa amnya.. di mana seperti yang kita semua maklumi bahawa kebelakangan ini banyak tersiar di media-media tentang keruntuhan moral anak-anak terutamanya anak-anak melayu yang mengaku diri mereka beragama islam.
Wahai para ibu bapa yang mulia...ketahuilah, bahawa segala amal dan perbuatan yang kita lakukan, sesungguhnya memiliki pengaruh yang sangat besar kepada anak-anak kita samada ia menjerumus kepada kebaikan atau keburukan. Didikan serta amal yang baik yang kita berikan kepada mereka akan memberi menafaat yang sangat besar bagi mereka di dunia dan di akhirat. Begitulah sebaliknya, di mana amal-amal buruk kita dan kemaksiatan (dosa-dosa besar) yang kita lakukan akan mempengaruhi serta memberi kesan yang buruk pula terhadap pendidikan serta tumbesaran anak-anak kita.
Yang pastinya pengaruh-pengaruh di atas akan datang dalam berbagai bentuk. Adakalanya berupa keberkahan anak-anak yang solih dan pahala yang besar yang akan disediakan untuk mereka. Atau sebaliknya, di mana berupa kesengsaraan di dunia dan di akhirat, serta murka Allah kepadanya dan akibat-akibat buruk lainnya.
Oleh karena itu, para ibu bapa haruslah memperbanyakkan amal solih, kerana pengaruhnya akan terlihat pada anak-anaknya. Hal tersebut banyak ditunjukkan oleh dalil-dalil seperti berikut :
Pertama :
Perhatikanlah kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir ‘alaihi salam di dalam Al-Qur’an, seperti yang tersebut dalam surat Al-Kahfi. Ketika itu, Nabi Musa dan Nabi Khidir singgah di sebuah desa, dan berharap dijamu oleh penduduknya, tetapi ternyata mereka enggan menjamu keduanya. Maka sebelum kedua Nabi itu pergi, mereka melihat ada dinding yang hampir roboh, Nabi Khidir pun berupaya menegakkannya. Maka Nabi Musa berkata kepada Nabi Khidir :
“Kalau kamu mahu, mintalah bayaran (atas jerih payahmu itu).”
(QS Al-Kahfi : 77).
Kemudian Nabi Khidir menjelaskan alasan mengapa beliau menegakkan dinding yang hampir roboh itu, dengan berkata :
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayah dan ibunya adalah seorang yang solih.”
(QS Al-Kahfi : 82)
Perhatikanlah, dalam ayat yang mulia tersebut Allah Ta’ala menjaga harta pusaka (peninggalan) anak yatim ini sebagai balasan atas amal soleh kedua orang tuanya. Tentunya, harta tersebut dahulunya diusahakan oleh kedua orang tua anak yatim itu dari sumber yang halal. Sehingga kerana kesolihan orang tuanya, maka Allah menjaga harta tersebut sebagai warisan yang bermanfaat bagi anak-anaknya.
Kedua :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khuatirkan (kesejahteraan mereka). Oleh sebab itu, hendaklah mereka (para orang tua) bertakwa kepada Alloh dan mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisa’ : 9)
Firman Allah Ta’ala tersebut di atas menjelaskan adanya hubungan yang erat antara perkataan yang baik atau yang buruk, dengan keadaan anak-anak yang akan ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Ertinya, bila kedua orang tua benar-benar menginginkan kebaikan anaknya di masa-masa yang akan datang, hendaknya para orang tua selalu berkata yang baik dan yang benar, serta mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya menurut tuntutan agama. Sebaliknya, bila orang tua berkata-kata yang buruk terhadap anak-anaknya dan tidak memperhatikan kebaikan pendidikan mereka, maka hal itu akan mengakibatkan kesan yang buruk bagi masa depan anak-anaknya. Oleh karena itu wahai para ibu bapa yang mulia, hendaklah kita bertakwa kepada Allah dan ucapkanlah selalu perkataan yang baik dan benar, khususnya dalam urusan anak-anak yang menjadi tanggung jawab kita.
Ketiga :
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, lalu dia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdoa “Wahai Robb-ku, wahai Robb-ku.” Padahal makanannya haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dengan makanan yang haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan doanya?”
(HR Imam Muslim no. 1015, At-Tirmidzi no. 2989, dan Imam Ahmad 2/1328)
Hadits yang mulia ini menunjukkan bahawa makanan dan minuman serta pakaian yang halal merupakan salah satu sebab makbulnya doa. Sedangkan makanan dan minuman serta pakaian yang didapat dari usaha yang haram, akan menyebabkan tertolaknya (tidak dikabulkannya) doa seseorang. Hal itu juga menunjukkan, amal-amal solih kita atau amal-amal buruk yang kita lakukan, mempunyai pengaruh yang besar bagi terkabulnya doa kita, lebih-lebih bila kita berdoa untuk kebaikan anak-anak kita.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai orang tua benar-benar selalu memperhatikan amal-amal kita. Hendaknya kita selalu bertakwa kepada Allah dan bersemangat dalam melakukan amal-amal solih, agar doa kita untuk kebaikan anak-anak kita benar-benar didengar dan dikabulkan oleh Allah Ta’ala.
Keempat :
Para ulama salaf dahulu pernah berkata kepada anak-anaknya : “Wahai anakku, aku akan membaguskan solatku, agar engkau mendapat kebaikan.”Menurut sebahagian ulama, makna ucapan ini adalah : “Aku akan memperbanyakkan solatku, dan berdoa kepada Allah untuk kebaikanmu.”
Artinya di sini adalah : Bila kedua orang tua rajin beribadah dengan memperbanyakkan solat (terutama solat-solat sunnah), membaca Al-Qur’an dan lain-lain, maka hal itu akan memberikan pengaruh kebaikan bagi anak-anaknya. Bahkan apabila kita sering melakukan ibadah-ibadah tersebut di dalam rumah kita. maka rumah kita akan dipenuhi rahmat dan ketenangan oleh Allah Ta’ala.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (yakni masjid), untuk membaca kitabulloh, dan saling mempelajari diantara mereka, melainkan ketenangan akan turun di atas mereka, rahmat akan meliputi mereka, para malaikat akan menundukkan sayapnya untuk mereka (kerana menghormati dan memuliakan mereka), dan Allah akan menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.”
(HR Imam Muslim no. 2699 dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu)
Maka dengan turunnya rahmat dan ketenangan di rumah kita, tentu hal ini akan memberi pengaruh yang baik terhadap anak-anak. Sebaliknya, bila Al-Qur’an ditinggalkan, dan orang tua lalai dari membaca Al-Qur’an dan lalai dari berdzikir kepada Alloh, saat itulah syaitan-syaitan yang akan mendatangi dan menghuni rumah-rumah kita. Apalagi rumah-rumah yang dipenuhi oleh nyanyian-nyanyian dan muzik-muzik, gambar-gambar makhluk bernyawa yang diharamkan untuk dipamerkan, dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. Tentu, ini semua akan memberikan pengaruh-pengaruh yang buruk bagi anak-anak, dan mendorong mereka untuk selalu berbuat maksiat serta kerosakan.
Wahai para ibubapa yang bijaksana…, dalil-dalil dan keterangan di atas cukup untuk menjadi peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang menginginkan kebaikan bagi putra-putrinya. Kerana itu, marilah kita sama-sama berazam untuk memperbaiki diri dan akhlak kita dengan beribadah kepada Allah, semuanya itu demi untuk kebaikan diri kita sendiri dan juga untuk kebaikan anak-anak kita.
Ingatlah wahai para ibu bapa.., seorang anak yang melihat ayahnya selalu berdzikir, mengucapkan tahlil, tasbih, tahmid dan takbir serta dzikir yang lainnya, nescaya dia akan meniru atau mengikut mengucapkan kalimat-kalimat tersebut juga. Demikian pula seorang anak yang dibiasakan oleh ayahnya untuk bersedekah kepada fakir miskin dan mereka yang memerlukan, tentu berbeza dengan anak-anak yang biasa disuruh ayahnya untuk membeli rokok atau membeli minuman yang memabukkan.
Seorang anak yang biasa melihat ayahnya berpuasa Isnin dan Khamis serta selalu melaksanakan solat juma’at dan solat berjema’ah di masjid, tentu tidak sama dengan anak-anak yang melihat ayahnya suka melepak di warung-warung atau kafe-kafe, di disko-disko atau di pusat-pusat karaoke.
Seorang anak yang sering mendengarkan adzan yang dikumandangkan dari masjid dan segera menyambutnya dengan bersegera solat berjama’ah di masjid, tentu berbeza dengan anak-anak yang sering mendengarkan ayahnya “berkaraoke” (bernyanyi). Anak-anak itu pasti akan meniru apa yang dia dengar dan dilakukan oleh orang tuanya.
Seorang anak yang melihat ayahnya biasa solat di malam hari, lalu menangis kerana takut kepada Allah, membaca Al-Qur’an dan lain-lain, tentu mereka akan berfikir dan bertanya : “Mengapa ayahku menangis ? Mengapa ayahku solat ? Untuk apakah ayah meninggalkan tidur di atas katil yang empuk, lalu dia justeru bangun dan berwudhu dengan air yang dingin di tengah malam seperti ini ? Untuk apakah ayahku sedikit tidur di malam harinya, dan berdoa dengan penuh pengharapan dan diliputi kecemasan ? Semua pertanyaan ini akan berputar di benak si kecil, lalu bi idznillah (dengan izin Allah Ta’ala), dia insyaAllah, akan mencontohi apa yang dilakukan oleh ayahnya.
Demikian halnya dengan seorang anak gadis, ketika melihat ibunya berjilbab dan “berhijab” dari laki-laki lain yang bukan mahramnya, berhias dengan akhlak yang mulia, tenang dan menjaga kesucian dirinya, insyaAllah anak gadis itu juga akan mempelajari dan meniru dari ibunya akhlak mulia tersebut.
Berbeza dengan anak-anak gadis yang selalu melihat ibunya berdandan dan bersolek di depan para lelaki yang bukan mahramnya, berjabat tangan dengan mereka, berikhlat (bercampur dan berkumpul bersama laki-laki dan wanita tanpa batasan/hijab), duduk-duduk dan berborak dengan laki-laki lain, tertawa-tawa dan tersenyum bahkan menari-nari tanpa segan silu bersama mereka, tentu anak-anak gadis itu akan mempelajari dan meniru semua itu dari ibunya.
Kerana itulah, wahai para ibu bapa yang mulia…., takutlah kita semua kepada Allah, khususnya dalam mendidik putra-putri kita. Jadilah kita semua tauladan dan contoh yang baik bagi anak-anak, berhiaslah dengan akhlak yang tinggi dan mulia, dan berpeganglah selalu dengan tuntunan syari’at agama ini, insyaAllah kita sebagai ibu bapa dan putra-putri kita akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Wallohu a’lamu.
Semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat bagi saya dan para ibu bapa serta siapa saja yang boleh mengambil faedah darinya, aamiin.
(Sumber : Abu Abdirrohman Yoyok WN Sby)