Copyright © Ummu Sumayyah's Online Market
Design by Dzignine
Wednesday 8 January 2014

Iktibar Di sebalik Bencana

Bismillah

Teks : Ummu Sumayyah

Cuba kita renungkan dan hayati betul-betul firman Allah dalam ayat di bawah.

“Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahawa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Wahai Rabb kami, beri tangguhlah kami  walaupun dalam waktu yang sedikit, nescaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan kami akan mengikuti rasul-rasul”. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah dahulu kalian telah bersumpah bahawa sekali-kali kalian tidak akan binasa? Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepada kalian beberapa perumpamaan”. (Ibrahim: 42-45).

Ayat di atas sudah semestinya telah menyedarkan kita tentang erti dari sebuah kehidupan.
 
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan azab Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?. Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga itu)?. Tidaklah ada yang merasa aman terhadap azab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (Al-A’rof: 97-99).

Kita harus mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian yang telah berlaku sebelum-sebelum ini,  bukankah beberapa tahun yang lalu telah terjadi bencana besar di Aceh?, ribuan nyawa melayang, jutaan harta hilang dan hancur disebabkan oleh tsunami? Selepas itu terjadi pula bencana di Bantul-Jogjakarta, ribuan jiwa melayang, ratusan rumah hancur dan jutaan harta hilang dan binasa disebabkan gempa bumi?.

Wahai umat manusia!, sampai bila kita akan sedar dan kembali kepada Yang Menciptakan kita? Walaupun kita di Malaysia, kita berasa aman daripada bencana-bencana seperti itu tetapi ingatlah siapa yang menyangka baru-baru ini terjadi banjir besar melanda negeri-negeri di pantai timur itupun baru sedikit ujian Allah kepada kita tetapi natijahnya banyak kemusnahan harta benda yang mengakibatkan anggaran kerugian bernilai puluhan juta ringgit.

Ingatlah ketika Allah Ta’ala mengazab kaum Nuh dengan banjir besar, Dia berkata kepada Nabi-Nya Nuh ‘Alaihis Salam:

“Dan buatlah kamu bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan”. (Hud: 37).

Allah Ta’ala sebutkan bahwa kaum Nuh adalah termasuk orang-orang zalim, dan kata “zalim” adalah bersifat umum, mencakup syirik, ma’siat dan bid’ah. Luqman Ash-Shiddiq Rodhiyallohu ‘Anhu berkata tentang syirik sebagaimana yang Alloh Ta’ala sebutkan di dalam kitab-Nya:
Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang besar“. (Luqman: 13).
Kaum Nuh diazab karena mereka melakukan kesyirikan, kema’siatan dan mengadakan kebid’ahan (perkara) baru dalam agama yang dibawa oleh Adam ‘Alaihis Salam, oleh sebab itu, Alloh Ta’ala azab mereka dengan banjir yang besar, Alloh Ta’ala berkata:

“Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku, jika terasa berat bagi kalian tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepada kalian) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, kerana itu bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah keputusan kalian itu dirahsiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku.  Jika kalian berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari kalian. Upahku tidak lain hanyalah dari Alloh semata, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)”. Lalu mereka mendustakan Nuh, maka Kami menyelamatkannya dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu”. (Yunus: 71-73).

Apa yang kami tuliskan ini semoga cukup sebagai peringatan bagi umat manusia di muka bumi supaya mereka sedar dan kembali kepada Rabb mereka, jika mereka tidak mahu sedar maka cukup peringatan ini sebagai hujah dan alasan untuk Alloh Ta’ala timpakan azab, Allah Ta’ala berkata:
“Dan tidaklah Robbmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang utusan yang akan membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman”. (Al-Qoshshosh: 59).

Sudah sangat cukup hujahnya Alloh Ta’ala untuk Dia membinasakan penduduk suatu tempat, kerana mereka (para penduduknya) telah membuat banyak kezaliman, diantaranya:

1. Menentang Da’wah Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang Dibawa oleh Para Pengikut Setianya
Mereka menentang da’wah itu dengan tujuan membela agama yang mereka dapatkan dari nenek moyang mereka, maka ini adalah termasuk dari sebab datangnya azab Allah Ta’ala atas mereka, Alloh Ta’ala berkata:

“Ikutilah oleh kalian apa yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti wali-wali selain-Nya. Sangat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (darinya). Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. Maka tidak ada keluhan dari mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim”. (Al-A’rof: 3-5).

2. Kemaksiatan Tersebar Luas Dengan Berbagai Macam Bentuknya.

Bila kita melihat masyarakat kita di zaman ini, maka tentu kita mendapati mereka di atas kerusakan etika, akhlak, dan mereka jauh dari adab-adab yang islami. Berleluasanya maksiat berdua-duaan bersama pasangan,  perzinaan, homoseks, perjudian, perompakan, riba, rasuah, penindasan dan kezaliman-kezaliman lainnya terjadi di mana-mana. Begitu juga dengan homoseks, lesbian, perzinaan antara guru dengan muridnya, siswa dengan siswi, mahasiswa dengan mahasiswi, perzinaan antara anak dengan ibunya, bapak dengan putrinya, saudara dengan saudari sekandungnya terjadi di mana-mana, bahkan dengan bangga mereka menceritakan perbuatan keji itu kepada orang lain, mereka menuliskan di majalah-majalah, dan laman-laman sesawang dan sekarang ini di 'u-tube' mengisahkan tentang perbuatan jijik dan berahi mereka.

Apabila ada orang yang mengingkari perbuatan mereka itu, maka mereka membalas dengan ejekan, olok-olokan dan bahkan mereka berani menentang secara terang-terangan, bila mereka dikatakan sebagaimana perkataan Nabi Luth ‘Alaihis Salam kepada kaumnya yang Alloh Ta’ala sebutkan di dalam surat An-Naml ayat (54):

Mengapa kalian mengerjakan perbuatan keji itu sedang kalian adalah diberi penglihatan?“,

Maka mereka akan marah dan bahkan ada dari mereka akan berkata sebagaimana perkataan kaum Luth yang telah terangkan di dalam Al-Qur’an:

“Maka tidak lain jawapan kaumnya, melainkan mereka mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negeri kalian; karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang (menda’wakan dirinya) suci”. (An-Naml: 56).

Bila keadaan mereka sudah seperti itu maka tinggal kita menunggu bilakah azab Allah Ta’ala akan turun kepada mereka, karena dengan sebab perbuatan seperti itu Allah Ta’ala azab kaum Luth, Allah Ta’ala berkata:

 “Dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan hujan batu yang sebenar-benarnya, maka sangat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu”. (An-Naml: 58).

Maka tidakkah takut bagi mereka yang masih terus bergelimang ke dalam maksiat itu?
Al-Bukhoriy meriwayatkan di dalam “Sahih“nya (no. 3346) dan Muslim di dalam “Sahih“nya (no. 2880) dari hadits Zainab bintu Abi Salamah dari Ummu Habibah bintu Abi Sufyan dari Zainab bintu Jahsyin, dia bertanya kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:

“Apakah kita akan binasa, padahal di tengah-tengah kita ada orang-orang soleh?”. Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

Iya, jika telah banyak kekejian“.


3. Sebab-Sebab Terangkatnya Azab

Bila suatu kaum benar-benar mentauhidkan Allah Ta’ala maka tentu Allah Ta’ala tidak akan mengazab mereka di dunia dan di akhirat, teringat kita akan kisah ketika gunung merapi meletus di sekitar Jokjakarta tidak berapa lama dahulu, hal demikian itu disebabkan masyarakat di daerah tersebut melakukan kesyirikan dan berbagai macam kemaksiatan. Gunung sudah mengeluarkan asapnya, kota dan perkampungan sudah ditutupi asap, mbah Marijan (bomoh gunung) masih saja tetap memerintahkan masyarakat untuk berbuat syirik, mempersembahkan sajian, dan berbagai macam bentuk kesyirikan lainnya dilakukan, maka tidak hairanlah kalau kemudian Allah Ta’ala timpakan dengan bala’ dan azab yang besar.
Kalau seandainya masyarakat dan penduduk suatu daerah benar-benar mentauhidkan Alloh Ta’ala, mereka hanya berdoa kepada-Nya, mereka bertaubat dan kembali kepada-Nya maka tentu Alloh Ta’ala akan angkat bala’ dan azab itu, Alloh Ta’ala berkata:

Dan tidaklah Allah mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun (kepada-Nya). (Al-Anfal: 33).

Sungguh benar janji Allah Ta’ala, bahawa sesiapa sahaja yang kembali kepada-Nya dan berdoa hanya kepada-Nya maka Dia akan kabulkan doa mereka, Dia akan selamatkan mereka dari berbagai macam bala’ dan petaka, sebagaimana Allah Ta’ala telah selamatkan para nabi-Nya ketika mereka berdoa hanya kepada-Nya:

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia menyeru Rabbnya: “(Wahai Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Arhamurrohimin (Yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang), maka Kamipun mengabulkan doanya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rohmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli, semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami, sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang solih. Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka dia berdoa di dalam kegelapan (di perut ikan): “Bahwa tidak ada Sesembahan selain Engkau, Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”, maka Kami mengabulkan doanya dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala dia menyeru Rabbnya: “Wahai Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi warisan”, maka Kami mengabulkan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya boleh hamil, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harapan dan rasa takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami”. (Al-Anbiya’: 83-90).

Barangsiapa mentaati Allah dan mentaati rasul-Nya maka sungguh Allah Ta’ala menjaganya di dunia dan di akhirat. Walaupun di dunia dia mendapat cubaan dan ujian maka anggaplah itu sebagai penghapus dosa-dosanya dan di akhirat dia termasuk dari orang-orang yang beruntung dan meraih kemenangan, Alloh Ta’ala berkata:


“Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan mentaati Rosul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang meraih kemenangan”. (An-Nur: 52).

Wallahu'alam

 sumber : Ummu Jasmine Laila binti Sulhadi.

0 comments:

Post a Comment